Sarolangun - Lembaga Pemasyaratan di Indonesia kerap menjadi sasaran empuk netizen dalam melampiaskan kekesalan beberapa bulan belakangan ini, ditengah kondisi panik dan sulit karena pandemi Covid-19 ini masyarakat cenderung mudah diprovokasi dengan opini-opini yang belum tentu jelas kebenarannya, bahkan tidak sedikit yang menyebar pesan negatif dimedsos bahwa Warga Binaan Lapas tidak bisa berbuat apa-apa dalam dalam mencegah penyebaran Virus Corona, bisanya cuma goyang tiktok.

Ada juga yang membanding-bandingkan kondisi Lapas di Indonesia dengan penjara yang ada diluar negeri dalam merespon pandemi Covid-19, dimedsos berseliweran pesan bernada sinis dan satire seolah-olah Lapas di Indonesia itu tidak ada baiknya, berikut kami kutip pesan-pesan sinis tersebut :
Pemerintah Malaysia mengambil langkah berbeda dari Indonesia dalam memperlakukan narapidana di tengah Pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease). Jika pemerintah Indonesia mengambil langkah membebaskan puluhan ribu napi, Pemerintah Malaysia justru memanfaatkan para napi. Para napi ditugaskan untuk membantu para tenaga medis yang menangani Covid-19. Mereka membantu dengan menjahit alat pelindung diri (APD) yang akan digunakan para tenaga medis saat berjuang menyembuhkan pasien Covid-19.
Berkah Corona Napi Indonesia Bebas Sambil Goyang Tiktok, Di malaysia Napi di suruh Jahit APD, Di Turki Napi disuruh Produksi Marker Di Indonesia, Napi bebas Sambil goyang Tiktok Lihat Lebih Sedikit.
Diatas hanya sebagian yang kami kutip, masih banyak lagi berseliweran di dunia maya, yang menjadi fokus kita Benarkah Warga Binaan Pemasyaratan di Indonesia kenyataannya sama seperti yang dituduhkan diatas?, simak fakta-fakta berikut ini:

Warga Binaan Pemasyarakatan di Indonesia Sudah Produksi Ratusan APD


Wabah Coronavirus Disease (COVID-19) yang sedang melanda Indonesia dan negara lain di dunia, tentu meresahkan setiap manusia. Segala upaya pencegahan terhadap penyebaran virus corona dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Tidak terkecuali para petugas serta warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.


Dalam rangka membantu mengatasi ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang semakin dibutuhkan, para WBP yang tersebar di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) di seluruh wilayah Indonesia meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya dengan memproduksi APD sendiri, lho! 


Berbekal keterampilan dari program pembinaan kemandirian, para WBP mampu memproduksi berbagai APD seperti masker, pelindung wajah (face shield), penutup kepala, gown, dan apron. Tidak hanya memproduksi APD, para WBP juga memproduksi perlengkapan penunjang lainnya seperti cairan disinfektan, cairan antiseptik, hand sanitizer, bilik sterilisasi, tiang infus, hingga tandu. 


Salah satu UPT yang ikut berkontribusi dalam memerangi COVID-19 ini yaitu Lapas Cibinong yang mendonasikan 1.000 face shield hasil karya teman-teman WBP untuk dokter dan fasilitas kesehatan di Kota/Kabupaten Bogor. Sama halnya dengan Lapas Kelas I Tangerang yang telah membagikan 700 masker kain berlapis filter untuk seluruh WBP dan petugas. Masker tersebut digunakan selama menjalankan aktivitas sehari-hari dan dapat dicuci kembali. Nantinya masker kain berlapis filter tersebut akan kembali diproduksi secara massal untuk didistribusikan ke luar lapas.


Selain itu, ada juga Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Surakarta yang turut serta dalam memproduksi masker kain. Dengan penuh semangat, para eks WBP teroris di bapas tersebut mampu membuat masker sebanyak 1.350 buah yang kemudian diberikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka kepedulian terhadap wabah COVID-19. Masih di provinsi yang sama, para srikandi dari Lapas Perempuan Semarang juga berproduksi dengan membuat 270 seragam dan 270 face shield.


Katanya Napi Luar Negeri Buat APD, Napi Indonesia hanya bisa goyang tiktok, benarkah?


Sarolangun - Lembaga Pemasyaratan di Indonesia kerap menjadi sasaran empuk netizen dalam melampiaskan kekesalan beberapa bulan belakangan ini, ditengah kondisi panik dan sulit karena pandemi Covid-19 ini masyarakat cenderung mudah diprovokasi dengan opini-opini yang belum tentu jelas kebenarannya, bahkan tidak sedikit yang menyebar pesan negatif dimedsos bahwa Warga Binaan Lapas tidak bisa berbuat apa-apa dalam dalam mencegah penyebaran Virus Corona, bisanya cuma goyang tiktok.

Ada juga yang membanding-bandingkan kondisi Lapas di Indonesia dengan penjara yang ada diluar negeri dalam merespon pandemi Covid-19, dimedsos berseliweran pesan bernada sinis dan satire seolah-olah Lapas di Indonesia itu tidak ada baiknya, berikut kami kutip pesan-pesan sinis tersebut :
Pemerintah Malaysia mengambil langkah berbeda dari Indonesia dalam memperlakukan narapidana di tengah Pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease). Jika pemerintah Indonesia mengambil langkah membebaskan puluhan ribu napi, Pemerintah Malaysia justru memanfaatkan para napi. Para napi ditugaskan untuk membantu para tenaga medis yang menangani Covid-19. Mereka membantu dengan menjahit alat pelindung diri (APD) yang akan digunakan para tenaga medis saat berjuang menyembuhkan pasien Covid-19.
Berkah Corona Napi Indonesia Bebas Sambil Goyang Tiktok, Di malaysia Napi di suruh Jahit APD, Di Turki Napi disuruh Produksi Marker Di Indonesia, Napi bebas Sambil goyang Tiktok Lihat Lebih Sedikit.
Diatas hanya sebagian yang kami kutip, masih banyak lagi berseliweran di dunia maya, yang menjadi fokus kita Benarkah Warga Binaan Pemasyaratan di Indonesia kenyataannya sama seperti yang dituduhkan diatas?, simak fakta-fakta berikut ini:

Warga Binaan Pemasyarakatan di Indonesia Sudah Produksi Ratusan APD


Wabah Coronavirus Disease (COVID-19) yang sedang melanda Indonesia dan negara lain di dunia, tentu meresahkan setiap manusia. Segala upaya pencegahan terhadap penyebaran virus corona dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Tidak terkecuali para petugas serta warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.


Dalam rangka membantu mengatasi ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang semakin dibutuhkan, para WBP yang tersebar di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) di seluruh wilayah Indonesia meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya dengan memproduksi APD sendiri, lho! 


Berbekal keterampilan dari program pembinaan kemandirian, para WBP mampu memproduksi berbagai APD seperti masker, pelindung wajah (face shield), penutup kepala, gown, dan apron. Tidak hanya memproduksi APD, para WBP juga memproduksi perlengkapan penunjang lainnya seperti cairan disinfektan, cairan antiseptik, hand sanitizer, bilik sterilisasi, tiang infus, hingga tandu. 


Salah satu UPT yang ikut berkontribusi dalam memerangi COVID-19 ini yaitu Lapas Cibinong yang mendonasikan 1.000 face shield hasil karya teman-teman WBP untuk dokter dan fasilitas kesehatan di Kota/Kabupaten Bogor. Sama halnya dengan Lapas Kelas I Tangerang yang telah membagikan 700 masker kain berlapis filter untuk seluruh WBP dan petugas. Masker tersebut digunakan selama menjalankan aktivitas sehari-hari dan dapat dicuci kembali. Nantinya masker kain berlapis filter tersebut akan kembali diproduksi secara massal untuk didistribusikan ke luar lapas.


Selain itu, ada juga Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Surakarta yang turut serta dalam memproduksi masker kain. Dengan penuh semangat, para eks WBP teroris di bapas tersebut mampu membuat masker sebanyak 1.350 buah yang kemudian diberikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka kepedulian terhadap wabah COVID-19. Masih di provinsi yang sama, para srikandi dari Lapas Perempuan Semarang juga berproduksi dengan membuat 270 seragam dan 270 face shield.


Langganan Berita via Email